Ini Biang Kerok Rupiah Sentuh Rp 16.245 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah dibuka pada posisi Rp 16.245 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin pagi (3/6) berdasarkan data Bloomberg. Padahal April lalu, rupiah bisa kembali ke level Rp 15.900 per dolar AS.
Sejumlah ekonom dan analis membeberkan alasan rupiah terus melemah. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menilai, pelemahan rupiah terjadi akibat sentimen risk off global yang masih cukup besar, terutama tensi geopolitik global.
"Tidak hanya akibat konflik Israel - Palestina, tapi juga politik AS setelah eks Presiden AS Donald Trump dinyatakan bersalah oleh pengadilan," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Senin (3/6).
Dengan kondisi risk off tersebut, pelaku pasar cenderung pesimis terhadap kondisi ekonomi yang kian memburuk. Sehingga investor menarik modalnya dari instrumen berisiko dan beralih ke aset-aset yang lebih aman.
Selain itu, pelaku pasar juga masih menanti perkembangan positif dari FX Reserve Indonesia atau cadangan devisa Indonesia yang mengukur aset luar negeri yang dimiliki dan dikendalikan oleh bank sentral.
Pelaku pasar juga memantau perkembangan surplus neraca perdagangan Indonesia serta efektivitas instrumen moneter Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menarik modal asing masuk ke Indonesia.
Tak berbeda dengan Fikri, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga menilai pelemahan rupiah terjadi akibat konflik Timur Tengah serta perang Ukraina - Rusia yang belum berakhir.
"Hal ini memberikan ketidakpastian terhadap perekonomian global yang mendorong pelaku pasar mencari aset yang aman seperti dolar AS dan emas," kata Ariston.
Menurut Ariston, pasar juga mewaspadai penurunan ekspetasi pengkasan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed karena pejabat The Fed mengisyarakat peluang kenaikan suku bunga akibat inflasi AS yang sulit turun.
Dia pun memprediksi penguatan rupiah pada hari ini ke level Rp 16.200 - Rp 16.180 per dolar AS. Dengan perkirakan mata uang Garuda ini bisa bertahan pada posisi Rp 16.280 per dolar AS.