Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN mencapai Rp 153,7 triliun pada Agustus 2024. Defisit tersebut terjadi karena lonjakan belanja pemerintah terutama untuk pemilihan umum (Pemilu) dan bantuan sosial (bansos).
Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan defisit tersebut masih on track atau sesuai dengan target defisit APBN 2024.
“Defisit masih sesuai on track dengan APBN 2024. Saat ini defisit sebesar 0,68% dari produk domestik bruto (PDB),” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA edisi Oktober 2024 di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (23/9).
Defisit ini makin lebar jika dibandingkan kondisi bulan sebelumnya. Tercatat defisit APBN pada Juli 2024 mencapai Rp 93,4 triliun atau setara 0,41% dari PDB. Nilai itu masih rendah atau belum melebihi target defisit APBN 2024 sebesar 2,29%.
Sri Mulyani menambahkan keseimbangan primer mencapai Rp 161,8 triliun pada Agustus 2024. Keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara, tidak termasuk pembayaran bunga utang.
Defisit APBN terjadi karena pendapatan negara mengalami penurunan, di sisi lain belanja negara justru melonjak. Terutama untuk belanja bansos dan Pemilu menjadi beberapa penyebab peningkatan belanja negara.
Pendapatan Negara Anjlok
Sri Mulyani menyebut pendapatan negara mencapai Rp 1.777,0 triliun pada Agustus 2024. Realisasi itu mencapai 63,4% dari target, namun terkontraksi 2,5% secara tahunan (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
“Kontraksi ini jauh lebih kecil dari bulan-bulan sebelumnya. Bulan lalu itu sekitar 6,5% atau pada Juni 2024. Bahkan bisa mencapai 8%. Jadi ini adalah penurunan akibat kontraksi pendapatan negara,” kata Sri Mulyani.
Sementara belanja negara justru lebih tinggi yakni mencapai Rp 1.830,7 triliun pada Agustus. "Ini artinya 58,1% dari total pagu belanja negara tahun ini telah dibelanjakan dan pertumbuhannya masih sangat kuat,” ujar Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, peningkatan belanja negara selalu tumbuh double digit pada awal 2024. Sebab, pada awal tahun 2024 terdapat kebutuhan belanja untuk Pemilu.
Selain itu, pemerintah membelanjakan utang untuk beberapa bansos El Nino. “Itu semuanya menyebabkan belanja negara meningkat dan double digit. Ini masih bertahan hingga Agustus, dengan pertumbuhan 15,3% jika dibandingkan tahun lalu,” kata Sri Mulyani.
Meskipun begitu, dia memastikan APBN mencatatkan kinerja positif pada Agustus 2024. “Ini sebetulnya sesuai dengan yang sudah kita jelaskan pada bulan-bulan sebelumnya, dengan sedikit ada perbaikan terutama dari sisi pendapatan,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani berharap pemerintah bisa mengejar target pendapatan negara sampai akhir tahun. Meski ia mengakui, Kemenkeu menghadapi situasi yang tidak ringan, terutama dari pos pendapatan pajak.