AS Dinilai Takkan Berani Beri Sanksi Baru Terhadap Ekspor Minyak Iran

Happy Fajrian
16 April 2024, 21:10
as, iran, israel, sanksi, ekspor minyak
ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/WSJ/cf
Pemerintahan Joe Biden dinilai tidak akan menjatuhkan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran terkait serangan ke Israel pada Sabtu (13/4).

“Bahkan jika rancangan undang-undang untuk mempertajam sanksi disahkan, sulit bagi Biden untuk mengambil tindakan atau menegakkan sanksi yang ada atau sanksi baru untuk mencoba mengurangi ekspor minyak Iran dengan cara apa pun yang berarti,” kata Scott Modell, mantan perwira CIA, sekarang CEO Rapidan Energy Group.

Sebelumnya, mantan Presiden AS Donald Trump menerapkan sanksi AS terhadap minyak Iran pada 2018 setelah menarik diri dari kesepakatan internasional mengenai program nuklir Iran. Sebaliknya, Biden menghindari langkah tersebut dengan memberikan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan di Cina, Uni Emirat Arab, dan negara lainnya.

Terlepas dari upaya tersebut, Rapidan memperkirakan ekspor minyak Iran telah menyentuh 1,6-1,8 juta barel per hari (bph), atau mendekati 2 juta bph sebelum sanksi dijatuhkan. Artinya, sanksi tersebut tak berdampak besar terhadap ekspor minyak Iran.

Modell mengatakan, Biden mempertimbangkan dampak sanksi terhadap harga bahan bakar sehingga belum mengambil langkah untuk meningkatkan sanksi. Faktor lainnya yang dipertimbangkan Biden, yaitu hubungan dengan Cina.

Sanksi akan mengacaukan hubungan AS-Cina yang telah coba diperbaiki usai insiden balon pengintai Cina yang ditembak jatuh saat melintasi wilayah AS pada tahun lalu.

Hampir semua minyak Iran yang masuk ke Cina dicap berasal dari Malaysia atau negara-negara Timur Tengah lainnya dan dibawa oleh “armada gelap” berupa kapal tanker tua yang biasanya mematikan transponder mereka ketika memuat di pelabuhan Iran untuk menghindari deteksi.

Spesialis pelacakan kapal tanker, Vortexa Analytics, memperkirakan Cina mengimpor rekor 55,6 juta metrik ton atau 1,11 juta barel minyak mentah Iran per hari pada tahun lalu. Jumlah tersebut mencakup sekitar 90% ekspor minyak mentah Iran dan 10% impor minyak Cina.

Jika AS menjatuhkan sanksi baru, maka Cina sebagai pembeli utama minyak Iran, akan terdampak dan hal itu akan merusak hubungan dua negara yang kerap berselisih tersebut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...