Apa Rupiah Bisa Rp 15.700 per Dolar di Era Prabowo? Ini Kata Analis

Ferrika Lukmana Sari
8 Juni 2024, 15:48
rupiah
ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga/wpa.
Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Jakarta, Rabu (22/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada penutupan perdagangan hari ini Rabu (22/5) dari Rp15.990 per dolar AS menjadi Rp15.989 per dolar AS.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah bisa berada pada rentang Rp 15.300 - Rp 15.700 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2025. Ini merupakan tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto.

Sementara pada penutupan perdagangan Jumat (7/6), rupiah berada pada posisi Rp 16.196 per dolar AS, atau menjauhi Rp 15.000 per dolar AS karena ketidakpastian ekonomi global dan arah suku suku bunga Bank Sentral AS, The Fed.

Sejumlah ekonom dan analis melihat peluang penguatan rupiah pada rentang Rp 15.300 - Rp 15.700 per dolar amat bergantung pada kebijakan suku bunga acuan The Fed dan bank sentral di dunia.

Analis Mata Uang Lukman Leong memperkirakan, apabila bank sentral dunia dan The Fed telah mulai memangkas suku bunga, rupiah berpotensi kembali di level Rp 16.000 atau sekitar Rp 15.500 per dolar AS.

"Namun semua ini hanya harapan, dan bukan kepastian. Contohnya tahun ini, pada awalnya The Fed diperkirakan akan memangkas sekitar 125 bps dan mulai pada Maret, namun hingga saat ini belum ada penurunan dan ekspektasi hanya 25 bps sampai sekarang," kata Lukmana kepada Katadata.co.id, Jumat (7/6).

Tak berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra melihat peluang rupiah sentuh Rp 15.000 per dolar AS masih terbuka lebar. "Selama The Fed jadi memangkas suku bunga dan tetap memberi sinyal pelonggaran sepanjang tahun 2025," kata dia.

Sementara Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat peluang rupiah di bawah Rp 16.000 per dolar sebagai sesuatu yang sulit. Karena istrumen moneter BI belum mampu mengangkat rupiah. "Efektivitas instrumen BI seperti SRBI, SVBI, SUVBI ataupun DHE masih terbatas," kata Fiksi.

SRBI adalah sekuritas rupiah Bank Indonesia, sementara SVBI adalah surat berharga dalam valuta asing. Sedangkan SUVBI adalah sukuk dalam valuta asing dan DHE adalah devisa hasil ekspor.

Selain itu, realisasi suprlus neraca perdagangan Indonesia masih lebih rendah dibanding 2022 atau 2023. Bahkan, neraca transaksi berjalan juga masih mencatatkan defisit pada kuartal I 2024. 

Bank Indonesia melaporkan defisit transaksi berjalan mencapai US$ 2,2 miliar atau 0,6% Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I 2024. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2023 yang mengalami defisit US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB.

"Ditambah kekhawatiran defisit fiskal di tahun depan, tentunya akan membuat daya tarik SBN, sebagai salah satu instrumen untuk menarik arus modal asing masuk juga masih terbatas," ujarnya.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...