Batu Bara Kembali Jadi Buruan, Transisi Energi Eropa Terancam Mundur

Muhamad Fajar Riyandanu
23 Juni 2022, 06:00
batu bara, eropa, gas, transisi energi,
pixabay.com
Bendera Uni Eropa

Sejumlah negara di Eropa berencana menyalakan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara usai Rusia memangkas ekspor gasnya ke kawasan tersebut. Bahkan Moskow berencana menghentikan sepenuhnya ekspor gas ke Eropa pada Agustus mendatang.

Alhasil, proses transisi energi di blok ekonomi terbesar dunia ini terancam mundur. Menurut data Eurostat, 40% dari total impor gas Uni Eropa (UE) berasal dari Rusia. Setiap negara memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda dengan Jerman menjadi negara UE dengan ketergantungan tertinggi terhadap gas dari Rusia, yakni mencapai 55%.

Dengan musim dingin yang tak lama lagi, beberapa negara Eropa telah membatalkan rencana penutupan PLTU batu bara. Ada juga yang menyalakan kembali pembangkit negara yang memilih untuk menyalakan kembali PLTU yang telah dinonaktifkan.

Komisi Eropa telah menyatakan keprihatinannya terhadap langkah sejumlah negara anggota UE untuk kembali menyalakan PLTU batu bara karena perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan gangguan serius pada pasokan energi global.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahkan memperingatkan bahwa penggunaan kembali batu bara merupakan ancaman serius terhadap ambisi UE untuk menjadi netral karbon pada 2050.

“Kita harus memastikan bahwa kita menggunakan krisis ini untuk bergerak maju dan tidak tergelincir ke bahan bakar fosil yang kotor,” kata von der Leyen seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (22/6). ”Ini garis yang sangat tipis dan tidak diketahui apakah kita telah mengambil langkah yang benar.”

Anggota UE Ramai-ramai Nyalakan PLTU Batu Bara

Jerman, Austria dan Belanda mengatakan mereka akan mengurangi pembatasan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara setelah raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan akan mengurangi jumlah gas yang dipasok melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa pemotongan pasokan gas ke Eropa merupakan serangan terhadap Jerman. Negeri Panzer menjadi yang nomor wahid di antara blok barat yang kembali menghidupkan pembangkit listrik batu bara.

Mereka menyalakan pembangkit batu bara untuk mencegah kekurangan gas saat Rusia memangkas pasokan dari Pipa Nord Stream 1. Sebagaimana diberitakan oleh Reuters pada Rabu (22/6), Pipa Nord Stream 1 hanya mengaliri gas sejumlah 40% dari total kapasitas.

Habeck mengatakan Jerman akan secara signifikan meningkatkan penggunaan batu bara yang sangat berpolusi untuk mempertahankan pasokan energi menjelang musim dingin. Suhu rata-rata di Jerman bisa mencapai 6° C atau lebih rendah pada musim dingin sebelumnya antara November 2021 hingga April 2022.

Politikus Partai Hijau Jerman itu melanjutkan, langkah yang dipilih oleh otoritas Jerman merupakan langkah darurat demi mengantisipasi ancaman kekurangan energi. “Ini pahit tetapi dalam situasi ini penting untuk menurunkan penggunaan gas,” kata Habeck.

Pemerintah Jerman mengatakan pada bulan ini akan mengeluarkan undang-undang darurat untuk membuka kembali pembangkit listrik tenaga batu bara untuk pembangkit listrik.

Habeck mengatakan Berlin sedang mengerjakan undang-undang baru untuk menggunakan kembali PLTU Batu Bara Mothballed hingga 10 gigawatt selama 2 tahun ke depan. Kapasitas tersebut, diperkirakan dapat menyumbang sekitar 5% dari total produksi energi Jerman.

Habeck mengakui bahwa rencana tersebut bertentangan dengan kebijakan iklim Jerman untuk menghapus penggunan energi batu bara secara bertahap pada tahun 2030. “Situasinya serius. Putin membuat kami kesal, menaikkan harga, dan memecah belah kami. Kami tidak akan membiarkan ini terjadi," kata Habeck.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...