Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga pasar Surat Berharga Negara (SBN) tenor menengah-pendek dengan jangka waktu 2 - 5 tahun dapat menguat dalam waktu dekat.
Isu perubahan iklim paling banyak disorot oleh Eropa termasuk dalam sektor keuangan. Maka tak mengherankan, pemerintah dan investor mulai sadar akan investasi pada pembiayaan hijau.
Tren penerbitan obligasi korporasi di dalam negeri dinilai akan melesat dibanding tahun lalu. Faktor pendorongnya ialah ekspektasi berakhirnya era suku bunga tinggi di tahun ini.
Indeks bursa Wall Street merosot dari rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Senin (4/3), ketika imbal hasil surat utang negara Amerika naik akibat investor yang wait and see terkait The Fed.
PT Permodalan Nasional Madani atau PNM menerbitkan obligasi berkelanjutan V tahap II tahun 2024 dengan jumlah pokok obligasi Rp 1,67 triliun. Bunga yang ditawarkan mulai 6,4%.
Kemenkeu menyebut investor SBN Ritel masih didominasi kalangan milenial dan generasi Z. Untuk itu, Kemenkeu telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menggaet lebih banyak investor muda.
Kementerian Keuangan menargetkan penerbitan SBN Ritel bisa mencapai Rp 140 triliun-Rp 160 triliun pada tahun ini. Target tersebut lebih tinggi dari realisasi 2023 dan 2022.
Bank Indonesia (BI) menyerap SBN senilai Rp 8,8 triliun untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang melemah sejak awal tahun. Dengan strategi itu, likuiditas rupiah juga makin kuat.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesia Eximbank akan melunasi pembayaran pokok atas obligasi berkelanjutan III Tahap IV Tahun 2017 seri D senilai Rp 1 triliun.
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan menerbitkan dan menawarkan obligasi berkelanjutan V tahap II tahun 2024 dengan jumlah emisi Rp 1,5 triliun.